Allah memerintahkan manusia untuk berpuasa dengan tujuan agar manusia
mencapai derajat taqwa. Salah satu ciri taqwa adalah bersyukur pada
Allah.
Banyak orang bersyukur atas nikmat yang besar, tetapi sangat jarang
orang bersyukur atas nikmat yang mereka anggap kecil atau sedikit.
Padahal sesungguhnya tidaklah ada nikmat yang kecil dari Allah,
kebodohan dan pe rsepsi manusia sajalah yang membuat nikmat tersebut
tidak disyukuri.
Ada sebuah cerita hikmah:
Suatu ketika Nasyrudin sedang duduk di rumahnya, tiba-tiba datang temannya mengeluh dan meminta pertolongan.
“Wahai Nasyrudin,” kata orang itu. “aku memiliki rumah yang sempit, aku
tidak kerasan tinggal di rumah tersebut. Tolong aku agar rumahku
menjadi luas,”
Kemudian Nasyrudin menyuruh orang itu pulang dan memasukan 5 ekor kambing ke dalam rumahnya.
Besoknya orang itu datang lagi dan berkata, “wahai Nasyrudin, rumahku menjadi tambah sempit karena kambing-kambing itu”
Kemudian Nasyrudin kembali menyuruh orang itu pulang dan menyuruhnya
memasukan 5 ekor unta. Dengan wajah penuh keheranan orang itu pulang
dan menuruti apa yang suruh Nasyrudin.
Besoknya orang itu kembali lagi dengan wajah sangat marah.
“Nasyrudin, sekarang aku tidak bisa tidur, aku terhimpit oleh binatang ternak. Aku hanya bisa berdiri mematung di tumahku,”
“Pulanglah,” jawab Nasyrudin. “Lalu keluarka semua binatang ternak itu dari rumahmu.”
Besoknya orang itu kembali dengan wajah berseri-seri, “Alhamdulillah,
sekarang rumahku menjadi sangat luas sekali, aku bisa tenang tiduran
dan melakukan apapun di rumahku,” kata orang itu dengan penuh semangat.
Padahal rumahnya tak berubah, apalagi bertambah luas secara fisik dari sebelumnya.
Apa relevansinya cerita itu dengan ibadah Ramadhan yang kita laksanakan?
Dengan ramadhan ini rupanya Allah sedang mendidik kita untuk bisa lebih
bersyukur dengan nikmat yang kita peroleh. Segelas air bahkan
bergelas-gelas air yang kita minum setiap harinya, atau bergalon-galon
air yang kita minum tiap bulannya, jarang atau bahkan tidak pernah kita
bersyukur, bahkan mungkin kita tidak menyadari kalau itu adalah sebuah
nikmat dari Allah.
Tapi saat kita diterpa dahaga dan lapar karena berpuasa, segelas air
saat berbuka terasa sangat nikmat sekali membasahi kerongkongan. Baru
pada saat itu kita merasakan akan nikmat Allah dalam segelas air
tersebut, padahal di hari biasa kita kerap mengabaikannya.
Lalu bagaimanakah cara kita bersyukur pada Allah?
Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah. Pertama,
bersyukur dengan hati nurani. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan
hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya
nikmat Allah.
Kedua, bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan
kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita
kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,
”Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan.
Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan,
barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.”
Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota
tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan
untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota
tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata,
telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki.
Semoga dengan ramadhan semabagai shahruttarbiyah atau bulan pendidikan
bisa membuat kita menjadi insan yang bersyukur atas nikmat lahiriah
maupun batiniah.
Jumat, 30 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar