Kisah
yang tak tersampaikan III
Ditengah hiruk pikuk kelas, aku
masih menyempatkan membaca syair syair itu. Syair yang ditulis oleh seseorang.
Yang membuat aku penasaran dan selalu ingin tau kelanjutannya.Aku membaca
kata-kata itu dengan senyuman kecil. Aku tau, kata-kata itu bukan untukku,
kata-kata itu mungkin saja untuk orang yang bisa membuatnya menangis. Untuk
orang yang selalu dia cari, dan dia tanyakan kepadaku saat bertemu denganku.
Tapi aku senang karena bisa melihatnya bahagia. Aku merasa bak seperti manusia terbodoh di
dunia ini. Aku malu dengan diriku sendiri, karena mata pelajaran yang aku suka,
ada yang belum bisa aku kuasai. Aku
tidak mau menampakkan kelemahanku kepada orang lain. Karena sejak kecil aku
terbiasa untuk tidak menampakkannya dan hanya berusaha memperlihatkan
kelebihanku. Namun, waktu berpihak lain. Di langit masih ada langit, Semenjak
sd aku sudah terbiasa menjadi yang terbaik. Tapi di bangku kuliah ini, aku
merasakan hal yang berbeda. Karena semua yang berada disini adalah orang-orang
hebat yang berjuang untuk meraih impiannya. Sementara aku malah masih berleha
leha. Aku merasa semakin tertinggal. Aku terpuruk. Sejenak aku berdiam diri, Aku
berfikir, apa yang salah denganku? Apa saja yang aku lakukan selama ini? Hanya
berbuat sesuatu yang menuju kearah kesia-siaan belaka.
Di keluargaku, aku dididik mandiri, keras,
penuh tanggung jawab. Karena memang tujuannya adalah agar aku dapat tahan banting menghadapi dunia yang
keras ini. Kehidupan itu keras kawan... Ya, aku memang menyadarinya, karena aku
pun pernah merasakan hal yang sama, yang pernah dirasakan oleh anak-anak
jalanan bersama sahabatku. Kami berjalan menyusuri jalan yang terik, menjajakan
dagangan tugas bioteknologi yang harus kami jual demi memperoleh nilai akhir.
Dan sejak saat itu, aku pun mulai menyadari bahwa hidup itu tak semudah yang
kita harapkan.
Mungkin bila kamu terlahir dari
keluarga yang kaya raya, yang bisa merasakan lezatnya makanan enak setiap
harinya, yang bisa berekreasi dengan keluarga yang lengkap nan bahagia .. Kamu
tidak akan bisa merasakan apa yang kami rasakan. Apa yang kami perjuangkan demi
sesuap nasi. Kalian yang terlahir dari
keluarga yang berada, malah terlena dengan dunia yang fana ini. Tidak pandai
bersyukur, suka mengeluh dengan permasalahan-permasalah kecil. Lihatlah kami
wahai kawan. Jangankan berekreasi, untuk makan pun aku harus rela mengantarkan
dagangan yang berat ke sekolah sd sebelum kuliah. Bangun pagi, dan membereskan
segalanya. Selesai kuliah, istirahat sebentar lalu bangun ditengah letihnya
tubuh ini dan mulai memaksakan diri membuka mata, berjalan menuju pedagang agen
untuk dagangan esok hari. Tugas ini
hanya sampingan yang diberikan orang tuaku. Namun aku merasa masih belum bisa
berbakti kepada kedua orang tuaku. Terutama ibuku. Ibu yang merawatku, Ibu yang
mengkhawatirkan aku disaat aku sakit. Dan ibu yang sangat luar biasa yang
perannya mengalir dalam denyut-denyut nadiku.
Terkadang aku iri kepada kawan
–kawan diluar sana. Yang bisa merasakan rekreasi dan hangatnya keluarga.
AAAHHHH. Bila aku seperti ini, sama saja aku tidak mensyukuri nikmat
tuhan yang maha kuasa. Mungkin dengan diberikannya semua ini, aku bisa lebih
menghargai semuanya. Mungkin saat ini aku berada dibawah. Tapi aku percaya
bahwa roda kehidupan akan berputar selama kita masih berusaha.
Sejenak dalam diamku. Aku
melupakan segala hal tentang tugas, cinta, dan segala permasalahan hidup ini.
Aku hanya terfokus kepada tuhan. Yang memberi aku jalan, yang memberikan aku
kesempatan untuk bisa membanggakan orang tuaku. Dalam diam aku menangis. Ya
Allah.. apa yang telah aku lakukan selama ini..Aku terjatuh. Aku bersimpuh. Aku
rapuh, dihadapan tuhan yang maha segala galanya. Aku merasa seakan akan aku
adalah manusia paling berdosa saat ini. Aku tak tau harus berkata apa. Didalam
benakku terlukis dua orang hebat yang selalu ada bersamaku walaupun kini
sebagian waktuku tidak lagi kugunakan bersama dengan mereka. Ya, kedua orang
tuaku. Aku rindu saat saat dimana kita bisa tertawa lepas bersama, saat saat
dimana kita bisa menghilangkan segala beban hidup.
Namun semua itu hanyalah kenangan
belaka. Dunia ini keras. Bila kamu tidak bisa mengimbanginya, maka kamu akan
jatuh. Memakan atau dimakan. Tak menyerah atau kalah. Semua itumemang hukum
alam kawan... Tetapi, jangan pernah lupakan indahnya persahabatan ketika kita
sedang bertempur, jangan sampai menyakiti teman sendiri. Jangan pernah.. karena
suatu saat kita pasti membutuhkan teman. Tanpa teman ataupun sahabat, hidupmu
akan terasa hampa. Serasa hidup di kota mati, tanpa bersosialisasi, aku bisa
berkata seperti ini, karena memang aku pernah merasakan hal serupa seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar