Kisah yang tak
tersampaikan
Langit biru berkilau, dibawah
teriknya matahari. Hembusan angin yang menyibakkan jilbab merahku membuat aku
sejenak berhenti. Untuk pertama kalinya aku berkenalan dengan sesosok peri,
peri yang nampak baik dari kejauhan. Peri yang bersinar menyilaukan mata.
Awalnya, kukira aku tidak akan bisa bertemu dan bercanda bersama dengan peri
itu. Namun ternyata waktu berpihak lain. Hari demi hari, waktu demi waktu,
detik demi detik, aku semakin dekat dengan sesosok peri itu.
Kenangan yang tak terlupakan,
berfoto bersama namun aku tak pernah memiliki hasil fotonya. Selalu bersama dan
mulai mendapatkan simpatinya. Itulah saat saat dimana aku mulai mengharapkan
peri ku selalu hadir di dalam kehidupanku, bisa mengisi setiap tetes tetes
kehidupanku.
Bukan seorang pujangga, namun
pandai dalam bertutur kata. Bukan seorang penasehat, namun pandai memberi
amanat. Seperti malaikat, namun dapat kulihat dari dekat.
Ingin rasanya, aku berteriak.
Ingin rasanya aku membuang semua kesedihan ini.
Mengapa jadi seperti ini... Perlahan, waktu yang mulai menunjukkan bahwa
peri ku kini telah berubah. Periku kini telah mengenal sesosok bidadari lain di
dalam lubuk hatinya. Aku hanya tercengang
dengan air mata yang mulai menggenang.
Semangat yang selalu dia berikan, kini luntur hanyalah tinggal sebuah
kenangan. Nasehat dan senyuman yang lembut namun manis untuk dikenang itu..
kini hanyalah sebuah hayalan.
Peri ku yang menghiburku disaat
aku rapuh, peri ku yang mau menemaniku disaat aku hampir runtuh, periku yang
selalu menyambut dengan senyuman lucu, peri ku yang selalu mendengarkan nasehat
nasehat bodohku, peri ku yang selalu menerima dengan senyuman cacian cacian ku.
Kini hilanglah sudah, tenggelam di dalam samudra laut yang biru
Kini aku merasa sendiri, basa
basiku yang dulu selalu kau nantikan. Kini hanyalah sebuah hal bodoh yang patut
kau tertawakan. Mungkin lucu, namun sedikitpun aku tidak pernah ragu bahwa aku
dulu menginginkanmu.
Dari awal, aku sudah meduganya.
Dari awal pun dari lubuk hatiku yang paling dalam sudah melarang menahan rasa
ini untuk jatuh terlalu dalam. Karena dunia kita berbeda, dunia periku penuh dengan orang orang hebat
yang spektakuler, sedangkan dunia kecilku hanyalah dunia yang sempit. Sederhana
namun terkesan istimewa. Aku pun juga menyadari, bahwa peri ku tak pantas
disampingku, aku hanyalah orang biasa yang tak pernah menjadi luar biasa.
Peri ku kini telah menghilang,
jauh di dalam lubuk hatiku yang paling dalam. Entah apa yang akan terjadi
setelah hari hari ini terlewati. Aku hanya bisa tersenyum kecil, dengan menatap
langit kamar yang mungil.
Aku mulai menjauhi peri ku, walaupun dimulai
dari selangkah. Namun akhirnya pasti akan jauh juga. Aku pun bingung tak tau
harus bagaimana. Di sisi lain, aku masih menginginkan sesosok peri ramah yang
selalu menyapaku dengan panggilan hangat. Disisi lain aku pun tak bisa menahan
kepedihan yang amat sangat.
Mungkin, dengan langkahku yang
semakin jauh, membuat peri ku lebih baik. Mungkin tanpa aku, peri ku menjadi
sosok yang luar biasa. Memang, manusia dilahirkan tidak ada yang sempurna.
Namun aku yakin peri ku mampu mengubah ketidak sempurnaan itu menjadi sebuah
kesempurnaan yang mendalam.
Aku masih teringat, ketika peri
ku memperhatikanku, mengingatkan makan, dan memberiku nasehat dari pengalaman
pengalaman yang pernah dilaluinya. Aku merasa sangat bahagia saat itu, bahkan
aku tidak memperhatikan ocehan teman temanku yang duduk tidak jauh dari
tempatku berada. Peri ku memang berbeda.... Cerewet namun
tak egois. Berjiwa pemimpin, bijaksana, dan taat agama.
Namun, semua itu sirna sudah..
Peri ku sudah memiliki sesosok bidadari lain yang selalu dekat dengannya, yang
bisa mengisi waktu luangnya, selalu bersamanya, lebih hebat dan apa adanya,
merupakan muslimah yang solihah... Apalah dayaku yang tak bisa se perfect itu..
apalah dayaku yang kini hanya bisa melihatmu dari kejauhan.. Apalah dayaku yang
kini tidak bisa seakrab dulu lagi denganmu.
Peri ku... selamat tinggal peri
ku.. mungkin suatu saat nanti kita akan bertemu lagi di dunia yang berbeda..
Mungkin kita bisa lebih akrab di dunia yang lebih indah dan bermakna. Terima
kasih peri ku... atas segala pelajaran pelajaran hidupmu yang kamu berikan
khusus untukku.. Terima kasih juga atas segala kata kata puitismu yang pernah
kau coretkan dalam bukumu yang tanpa sengaja aku lihat. Terima kasih juga atas
segala kebaikanmu dan kedermawananmu yang sempat membuat aku salah paham.
Maafkan aku yang tak pernah mengerti sinyal yang kau berikan, maafkan aku yang
menginginkanmu namun tak pantas untukmu. Bila kita memang berjodoh, pasti suatu
saat nanti kita akan bertemu lagi di suatu tempat yang tida terduga. Sama seperti ketika kita bertemu untuk yang
pertama kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar